Makan Agung masih
kurang populer jika dibandingkan dengan makam Aermata di Arosbaya. Padahal, di
Makam Agung inilah Raja Pragalba dan Raja Pratanu, kakek dan nenek Cakraningrat
dimakamkan. Kini makan agung telah menjadi sebuah desa di Arosbaya, sementara
arosbaya sendiri dahulu adalah nama
kerajaan yang didirikan oleh Panembahan Pragalba pada abad ke-16 yang
kemudian diislamkan oleh anaknya yang bergelar Panembahan Lemah Duwur atau
bernama Pangeran Pratanu.
Menurut informasi,
Raja Pragalba baru masuk Islam ketika menjelang ajalnya, ia dituntut membaca
syahadat oleh Raden Pratanu hingga akhirnya Raja Pragalba menganggukkan
kepalanya dan mau membaca syahadat. Oleh karena itulah Raja Pragalba juga
disebut Raja Ongguk (dalam bahasa Indonesia artinya mengangguk) dan Islam di
Arosbaya disebut juga sebagai islam ongguk karena peristiwa yang terjadi pada
Raja Pragalba itu.
Raja Arosbaya yang
berkediaman di Plakaran kemudia dikebumikan di suaru komplek pemakaman yang
letaknya di sebelah selatan Plakaran atau sekitar 65km jika ditempuh dari kota
Bangkalan yang kemudian disebut dengan “Makam Agung”. Pada masa pemerintahan
Lemah Duwur inilah, diperkirakan bahwa kerajaan Arosbaya-lah yang memperluas
islam hamper diseluruh tanah Madura.
Dalam catatan
Raffles (Raffles, 1817) dikatakan bahwa pada masa itu Lemah Duwur adalah raja
yang memegang peranan penting. Bahkan Raffles menyatakan bahwa Lemah Duwur
adalah raja paling penting di Jawa Timur. Pasalnya, karena Lemah Duwur dinilai
telah berhasil mengembangkan kerajaan Arosbaya menjadi kerajaan yang berperan
penting dalam pelayaran, niaga, dan politik di Madura dan Jawa. Pada tahun
1592, Lemah Duwur mangkat. Dia meninggal di Arosbaya dan dikebumikan di komplek
Makam Agung. Setelah wafat kekuasaan Lemah Duwur diteruskan adiknya, Pangeran
Tengah, yang tak lain ayah Cakraningrat I.
Arsitektur Hindu
.jpg)
Sisa kemegahan dan
kekokohan komplek Makam Agung tersebut masih tampak, meski beberapa bagian
pagar dan makam sudah rusak dimakan lumut dan usia. Batu padas kuning sudah
berubah wama hijau kehitaman. Pohon tanjung yang berada di makam Pratanu, meski
masih berdaun dan berbunga, batang pohonnya banyak yang keropos, menandakan
tuanya usia pohon dengan bau bunga yang khas tersebut. Atmosfir di komplek
pemakaman raja-raja Madura Barat tersebut memang berbeda. Nuansa mistik dan
sakral sangat terasa. Tak mengherankan jika masih banyak masyarakat sekitar dan
masyarakat di Madura melakukan ziarah di makam pendiri kerajaan Islam pertama
di Madura Barat tersebut. Beberapa hal yang tetjadi di Makam Agung, masih
dipercaya membawa pertanda akan adanya kejadian luar biasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar