Aku masih ingat Bali pertamaku. Aku
masih ingat saat harus menempuh jarak jauh menggunakan Bus Pariwisata yang kami
tumpangi. Aku masih ingat disaat Hujan deras di pelabuhan Ketapang, dimana
ombak besar membuat ferry tak memungkinkan untuk berlayar. Aku masih ingat,
saat aku mengeluh, capek, kok belum sampai sih, Bali itu jauh ya? Itulah kalimat
yang aku ingat.
Aku
sangat menyukai alam Bali, beda dengan yang lain, pantainya bagus, sunsetnya
mempesona, Penginapannya banyak dan tak terlalu mahal juga jangan khawatir, wisata
kuliner khas Bali yang terjamin Halal yang rasanya yang nikmat tak perlu risau
dengan daging babi atau minyak babi. Di sepanjang jalan legian-kuta adalh
tempat yang aku sukai, disana apasaja yang kita cari akan kita temukan, Bali
dengan sejuta pesonanya akan selalu kuingat di dalam hatiku.
Setelah
sampai di Bali, disana masih kental dengan Hindunya, banyak anjing berkeliaran
di sepanjang jalan raya, banyak restoran yang menyajika menu babi, dan masakan
ala babi lainnya. Dahulu masih banyak sekali sesajen-sesajen yang diletakkan di
tempat umum, dan bau kemenyan yang menyengat di depan hotel-hotel. Dan tak
lupa, desiran aura mistis yang kurasakan di dalam kamar hotel tersebut.
Aku
hanya bisa tertawa melihat foto-foto dengan wajahku yang masih polos tanpa
dosa, dimana aku berpose dengan tangan menyilang di depan, serta senyuman dan
giginya keliatan, memakai celan pendek, dan topi kesukaanku, lucu sekali,
dimana kata mamaku, aku merengek minta masuk ke dalam Pura yang di dalamnya
banyk orang sedang Sembahyang.
Namun
kini, Bali lebih modern. Bali lebih nyaman dipandang, karena sesajen yang lebih
sedikit, hanya ada di depan rumah-rumah dan took-toko, juga jumlah anjing yang
berkeliaran sangat berkurang. Mungkin anjing hanya ada di depan took tuannya,
itupun sambil tidur. cara masukpun kini lebih baik, di pelabuhan tak perlu lagi
antre berlama-lama, karena jumlah armada kapal yang terus bertambah dari masa
kemasa.
.jpg)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar