Rabu, 26 November 2014

Say good bye, and Welcome to the future.

Dahulu, aku, novi dan nia sangat dekat dengannya. Dia bukan lagi guru bagiku, melainkan teman curhat, teman bercerita tentang apa saja yang pernah aku alami, tentang bahasa, tentang keindahan Indonesia dan masih banyak lagi yang tak bisa kutulis satu persatu dalam blog ini. Entah kemana cerita indah yang dulu pernah menghiasi hari-demi hari di sekolah Madrasah kami. Akupun tak tahu kemana perginya kisah-kasih antara anak manusia yang berbeda karakter, usia, jenis kelamin, dll. Rasanya baru kemarin aku bersama kedua temanku Novi dan Nia berjalan bersamanya.
April 2013, adalah bulan dimana perpecahan ini terjadi. Dimana amarah telah berhasil menghancurkan goresan-goresan tinta emas yang terukir indah diatas lembaran-lembaran kehidupan kami dimasa lalu. Terkadang, disaat sunyi menghampiri malam-malamku, aku teringat akan kenangan pada saat – saat itu. Yang tak akan disangka oleh siapapun insan manusia di bumi ini. Yang rasanya semanis senyuman bidadari surge, namun berubah disaat itu menjadi hamparan gurun pasir gersang yang tak aka nada seorangpun ingin menghampirinya.
Cerita ini berawal di pertengahan tahun 2012, itulah disaat aku pertama kali mengenalnya dengan decak kagum akan seorang guru bahasa inggris yang telah menempuh pendidikan tinggi di usianya yang terbilang masih muda. Awalnya dia sangat cuek, dia sangat kharismatik, punya ciri khasnya sendiri dan cara mengajar yang juga aku sukai. Dia juga sangat kreatif dalam memberikan materi pembelajaran yang berbeda dengan guru lainnya.
Lama-kelamaan kita semakin dekat, seperti taka da lagi batas diantara kita. Siang, Malam kita selalu sms-an, menanyakan tentang pelajaran, atau bahkan sesuatu yang tak biasa ditanyakan oleh murid kepada gurunya. Seperti menanyakan ‘sudah makan belum?’ dan ‘tadi sampai di rumah jam berapa?’. Iapun juga membalas sms dariku. Terkadang dia duluan yang mengirimkan sms itu terlebih dahulu. Kadang ia juga mengingatkan, ‘jangan lupa kerjakan prnya ya’. Oke siap ibu komandan’ jawabku. Hingga masalah besar telah memutus jalinan tali kasih kita.

Entah mengapa dihari itu kami sudah tak saling menyapa, saling buang muka jika bertemu, bahkan kami pernah dipertemukan dalam satu lorong utama di depan salah satu kelas di sekolah itu. Aku hanya bisa diam dengan 1000 bahasa, tak tahu apa yang harus aku lakukan disaat itu, apa aku harus berbalik arah, atau tetap dijalan itu dan berjalan terus meskipun harus berpapasan dengannya. Sampai saat ini, entah bagaimana kabar tentang hubungan kami. Masihkah dia mengingat tentang semua dan apa saja yang pernah kita lakukan? Atau mungkin masih dia ingat tanpa terlewatkan sedikitpun? Entahlah, akupun juga berusaha melupakannya and say good bye, and welcome to the future.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

D
M
a
m
u
s
u
K
y
o
R
s
u
g
a
B
a
d
I