Dahulu, aku, novi dan nia sangat dekat dengannya. Dia
bukan lagi guru bagiku, melainkan teman curhat, teman bercerita tentang apa
saja yang pernah aku alami, tentang bahasa, tentang keindahan Indonesia dan
masih banyak lagi yang tak bisa kutulis satu persatu dalam blog ini. Entah kemana
cerita indah yang dulu pernah menghiasi hari-demi hari di sekolah Madrasah
kami. Akupun tak tahu kemana perginya kisah-kasih antara anak manusia yang
berbeda karakter, usia, jenis kelamin, dll. Rasanya baru kemarin aku bersama
kedua temanku Novi dan Nia berjalan bersamanya.
April 2013, adalah bulan dimana perpecahan ini
terjadi. Dimana amarah telah berhasil menghancurkan goresan-goresan tinta emas
yang terukir indah diatas lembaran-lembaran kehidupan kami dimasa lalu. Terkadang,
disaat sunyi menghampiri malam-malamku, aku teringat akan kenangan pada saat –
saat itu. Yang tak akan disangka oleh siapapun insan manusia di bumi ini. Yang rasanya
semanis senyuman bidadari surge, namun berubah disaat itu menjadi hamparan
gurun pasir gersang yang tak aka nada seorangpun ingin menghampirinya.
Cerita ini berawal di pertengahan tahun 2012, itulah
disaat aku pertama kali mengenalnya dengan decak kagum akan seorang guru bahasa
inggris yang telah menempuh pendidikan tinggi di usianya yang terbilang masih
muda. Awalnya dia sangat cuek, dia sangat kharismatik, punya ciri khasnya
sendiri dan cara mengajar yang juga aku sukai. Dia juga sangat kreatif dalam
memberikan materi pembelajaran yang berbeda dengan guru lainnya.
Lama-kelamaan kita semakin dekat, seperti taka da lagi
batas diantara kita. Siang, Malam kita selalu sms-an, menanyakan tentang
pelajaran, atau bahkan sesuatu yang tak biasa ditanyakan oleh murid kepada
gurunya. Seperti menanyakan ‘sudah makan belum?’ dan ‘tadi sampai di rumah jam
berapa?’. Iapun juga membalas sms dariku. Terkadang dia duluan yang mengirimkan
sms itu terlebih dahulu. Kadang ia juga mengingatkan, ‘jangan lupa kerjakan
prnya ya’. Oke siap ibu komandan’ jawabku. Hingga masalah besar telah memutus
jalinan tali kasih kita.
Entah mengapa dihari itu kami sudah tak saling
menyapa, saling buang muka jika bertemu, bahkan kami pernah dipertemukan dalam
satu lorong utama di depan salah satu kelas di sekolah itu. Aku hanya bisa diam
dengan 1000 bahasa, tak tahu apa yang harus aku lakukan disaat itu, apa aku
harus berbalik arah, atau tetap dijalan itu dan berjalan terus meskipun harus
berpapasan dengannya. Sampai saat ini, entah bagaimana kabar tentang hubungan
kami. Masihkah dia mengingat tentang semua dan apa saja yang pernah kita
lakukan? Atau mungkin masih dia ingat tanpa terlewatkan sedikitpun? Entahlah,
akupun juga berusaha melupakannya and say good bye, and welcome to the future.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar