Kamis, 27 November 2014

Tanean Lanjhang - Budaya Perumahan Khas Madura


Tanean Lanjhang adalah perumahan tradisional Madura adalah suatu deretan rumah- rumah yang terdiri atas satu keluarga Besar. Rumah mereka saling berdekatan, dengan satu sumur, lahan garapan, dan sungai. Antara permukiman dengan lahan garapan hanya dibatasi tanaman hidup atau tanah yang ditinggikan yang disebut tabun, sehingga masing-masing rumah menjadi terpisah oleh lahan garapannya.
Satu kelompok rumah terdiri atas 2 sampai 10 rumah, bahkan lebih atau dihuni sepuluh keluarga yaitu keluarga kecil yang terdiri dari orang tua, anak, cucu, cicit dan seterusnya. Jadi hubungan keluarga kandung atau hubungan dari pernikahan menjadi ciri khas dari kelompok ini. Pola susunan rumah pada konsep ini adalah dari hirarki keluarga, biasanya arah barat-timur adalah arah yang menunjukkan urutan rumah tua-muda, dengan ini maka hubungan kekeluargaan menjadi semakin erat.
Satu kelompok rumah dengan kelompok rumah lainnya letaknya menyebar dan terpisah jauh. Di ujung tanean paling barat, biasanya terdapat Langghar (dibaca ‘langgher’), yaitu tempat sembahyang umat islam yang tidak terlalu besar. Susunan barat-timur terletak rumah orang tua, anak-anak, cucucucu, dan cicit-cicit dari keturunan perempuan. Kelompok keluarga yang demikian yang disebut koren atau rumpun bambu. Istilah ini sangat cocok karena satu koren berarti satu keluarga inti.
Terbentuknya permukiman tradisional Madura diawali dengan sebuah rumah orang tua, yang disebut dengan tonghuh. Tonghuh adalah rumah cikal bakal atau leluhur suatu keluarga. Tonghuh dilengkapi dengan langgar, kandang, dan dapur. Apabila sebuah keluarga memiliki anak yang sudah menikah, khususnya anak perempuan, maka orang tua akan atau bahkan ada keharusan untuk membuatkan rumah bagi si anak perempuan dekat di sebelah rumahnya. Penempatan rumah untuk anak perempuan berada pada posisi di sebelah timurnya. Kelompok pemukiman ini yang kemudian disebut pamengkang, demikian juga bila anak berikutnya telah menempati maka akan terbentuk koren dan sampai tanean lanjang.
Susunan ini masih dapat kita temui hingga sekarang, namun jika di Bangkalan, karena hanya ada sedikit rumah di dalamnya, maka hanya disebut dengan tanean saja. Lain halnya dengan Madura bagian timur. Disana adat tanean lanjhang masih banyak dapat kita temui. Apabila susunan rumah terlalu panjang maka rumah-rumah tersebut akan berhadapan di sepan tanean lanjhang tersebut.

Pertimbangan ini dikaitkan dengan terbatasnya lahan garapan, sehingga sebisa mungkin tidak mengurangi lahan garapan yang ada. Jadi, untuk mencari satu alur keturunan dapat dilacak melalui susunan penghuni rumahnya. Generasi terpanjang dapat dilihat sampai dengan 5 generasi yaitu di tanean lanjang. Posisi tonghuh selalu ada di ujung barat sesudah langgar. Langgar selalu berada di ujung barat sebagai akhiran masa bangunan yang ada. Susunan rumah tersebut selalu berorientasi utara-selatan. halaman di tengah inilah yang disebut tanean lanjhang.

1 komentar:

  1. selamat malam,
    saya Elyana asal pamekasan. mohon ijin pakai gambar2nya untuk bahan penelitian bisa tidak ya mas?

    BalasHapus