Senin, 10 November 2014

Peringatan "Hari Pahlawan" Ala TEATER ISI MAN Bangkalan


            Pagi itu langit begitu cerah menyambut kedatangan Hari perjuangan para pahlawan kita. Tepat 10 November 69 Tahun yang lalu, arek-arek Suroboyo berjuang dengan tetesan keringat dan tumpahan darahnya demi Indonesia Tercinta. Mereka dengan lantang melawan Penjajah yang tidak mengakui kemerdekaan Indonesia, Dengan mengibarkan bendera Belanda di atas Hotel Yamato.
            Pada saat itu, aku mendapat peran sebagai Mayor Jenderal Robert Mansergh, pengganti Brigadir Jenderal Mallaby yang tewas di tangan arek-arek Suroboyo. Dalam naskah, Mansergh memberikan Ultimatum terhadap arek-arek Suroboyo agar mereka semua mengangkat tangan, baik itu Rakyat biasa, para pimpinan rakyat dll untuk menyerahkan persenjataannya dengan batas waktu selambat-lambatnya pukul 6.00 tanggal 10 November 1945.
            Mendengar kabar itu, arek-arek Suroboyo dengan lantang menolak Ultimatum tersebut. Ultimatum Mansergh itu dianggap sebagai Penghinaan, Pelecehan, terhadap bangsa Indonesia. Mereka menolak bangsa asing untuk masuk ke tanah air tercinta. Setelah batas waktu Ultimatum yang telah ditentukan berakhir, maka tentara Inggris meluncurkan berbagai serangan, Baik melalui Laut, Darat dan Udara. Mereka menghancurkan gedung-gedung Pemerintahan yang terletak di Surabaya dan dilanjutkan dengan dengan aksi penyerangan ke 30.00 Infanteri,Tank, Pesawat dan Kapal Perang.
            Namun, arek-arek Suroboyo tak gentar. Tokoh menyemangat dari kalangan masyarakat yaitu “Bung Tomo” yang telah membakar semangat arek-arek Suroboyo untuk melawan Penjajah. Selain dari kalangan pemuda, pelajar dan Mahasiswa turut pula tokoh agama yaitu KH. Hasyim Asy’ari juga ikut andil dalam pertempuran ini. Ia mengerahkan banyak santrinya dalam peperangan ini.
            Pada awalnya, pertempuran akbar ini berlangsung a lot dan lama, karena warga sipil yang tak patuh pada pemerintah mengakibatkan banyaknya korban dari kalangan sipil. Namun seiring dengan berjalannya waktu perlawanan warga sipil lebih tertib dan tidak spontan dalam melakukan perlawanan terhadap Penjajah. Ribuan korban telah gugur untuk mempertahankan N K R I. 6-16 ribu pejuang gugur dalam pertempuran ini, dan lebih dari 200 ribu warga sipil yang mengungsi dari Surabaya.
            Itulah mengapa 10 November dikenang sebagai hari Pahlawan Nasional Indonesia setiap tahunnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

D
M
a
m
u
s
u
K
y
o
R
s
u
g
a
B
a
d
I