Pagi itu langit begitu cerah menyambut kedatangan Hari perjuangan para pahlawan
kita. Tepat 10 November 69 Tahun yang lalu, arek-arek Suroboyo berjuang dengan
tetesan keringat dan tumpahan darahnya demi Indonesia Tercinta. Mereka dengan
lantang melawan Penjajah yang tidak mengakui kemerdekaan Indonesia, Dengan
mengibarkan bendera Belanda di atas Hotel Yamato.
Pada saat itu, aku mendapat peran
sebagai Mayor Jenderal Robert Mansergh, pengganti Brigadir Jenderal Mallaby
yang tewas di tangan arek-arek Suroboyo. Dalam naskah, Mansergh memberikan
Ultimatum terhadap arek-arek Suroboyo agar mereka semua mengangkat tangan, baik
itu Rakyat biasa, para pimpinan rakyat dll untuk menyerahkan persenjataannya
dengan batas waktu selambat-lambatnya pukul 6.00 tanggal 10 November 1945.
Mendengar kabar itu, arek-arek
Suroboyo dengan lantang menolak Ultimatum tersebut. Ultimatum Mansergh itu
dianggap sebagai Penghinaan, Pelecehan, terhadap bangsa Indonesia. Mereka
menolak bangsa asing untuk masuk ke tanah air tercinta. Setelah batas waktu
Ultimatum yang telah ditentukan berakhir, maka tentara Inggris meluncurkan
berbagai serangan, Baik melalui Laut, Darat dan Udara. Mereka menghancurkan
gedung-gedung Pemerintahan yang terletak di Surabaya dan dilanjutkan dengan
dengan aksi penyerangan ke 30.00 Infanteri,Tank, Pesawat dan Kapal Perang.

Pada awalnya, pertempuran akbar ini
berlangsung a lot dan lama, karena warga sipil yang tak patuh pada pemerintah
mengakibatkan banyaknya korban dari kalangan sipil. Namun seiring dengan
berjalannya waktu perlawanan warga sipil lebih tertib dan tidak spontan dalam
melakukan perlawanan terhadap Penjajah. Ribuan korban telah gugur untuk
mempertahankan N K R I. 6-16 ribu pejuang gugur dalam pertempuran ini, dan
lebih dari 200 ribu warga sipil yang mengungsi dari Surabaya.
Itulah mengapa 10 November dikenang
sebagai hari Pahlawan Nasional Indonesia setiap tahunnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar