Man
Bangkalan, sekolah tercinta. Terletak di jalan Soekarno-Hatta, lebih tepatnya
di sebelah stadion gelora bangkalan, 100 meter dari Pom Bensin stadion Bangkalan,
strategis kan? Sekolah madrasah sekaligus sekolah setingkat SMA/MA terlengkap
di Bangkalan, ada lapangan futsal, lab. Ipa, Lab. Bahasa, Kantin yang bersih,
ruang belajar TIK yang di dalamnya berisi 20 PC yang berprosesor Intel Core i5,
dan juga sekolahku ini dilengkapi dengan banyak CCTV di setiap sudutnya,
Guru, adalah hal yang paling aku
sukai, aku ibu Muzay (Sosiologi), Pak Hasan/PAHA (bahasa arab), pak Faruk n ibu
Henny (Geografi), Ibu mrs. Elly (English), Pak Edy n Pak Abu (Olahraga), ibu
Nurhayati (Bahasa Indonesia), Pak Hayyih (Matematika), Ibu Sa’adah/ BUSA (Aqidah
Akhlak) dll. Mereka dengan cara mengajar yang sangat menarik, lucu, dan
memancing kita (siswa) menjadi selalu ingin tau.
Aku bangga dengan MAN, meskipun banyak
mulut-mulut di luar sana yang menghina bahwa MAN adalh sekolah desa, gak
jamani, dan bahkan primitive sekalipun aku tak peduli. Saya bahagia dengan
sekolah saya ini. Meskipun terkadang aku mengeluh, dengan banyaknya tugas, pr,
bikin ini, buat itu, edit ini, copast itu, jiplak ini, capek deh. Tapi aku
sadar, ini adalah jembatan menuju cita-citaku nanti.

Namun, satu yang kurang aku sukai,
bangunannya. Kelasku adalah bangunan tertua di MAN Bangkalan ini. Dindingnya sudah
tak mulus lagi, tak seperti kelas lainnya. Apalagi view-nya, tembok sekitar
tingginya 3 meter yang hitam, berlumut dan kacanya yang kotor banget, tidak
bisa dibersihkan, mungkin kotoran itu sudah menyatu dengan kacanya. Tapi itulah
MANBA, sellau ada plus dan minusnya, karena taka da yang sempurna Sesempurna
ALLAH SWT.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar